Game Adaptasi dari Anime

Akar kreatif yang hampir sama, membuat video game dan film jadi bagian yang sulit terpisahkan satu sama lain. Kebebasan untuk menciptakan sebuah dunia segila dan seabsurd apapun, dipadukan dengan kisah dan karakter yang memukau, baik video game maupun film menawarkan pintu gerbang untuk keluar sementara dari kehidupan dunia nyata yang mungkin melelahkan dan membosankan di saat yang sama. Sayangnya, terlepas dari potensi kerennya kolaborasi yang bisa muncul dari keduanya, Hollywood membuktikan bahwa video game adaptasi film dan film adaptasi game, terlepas dari seberapa keren konsep yang ia usung, bisa berujung menjadi mimpi buruk yang tak pantas eksis sama sekali. Untungnya, hal berbeda ternyata terjadi di perpaduan dengan media hiburan yang lain. Benar sekali, kita tengah membicarakan anime / manga. Menawarkan pendekatan yang berbeda dengan film-film racikan tangan Barat, proses adaptasi anime / manga menjadi video game selama ini memang pantas untuk mendapatkan acungan jempol. Mengapa? Karena proses yang bisa terjadi dua arah tersebut selalu memerhatikan intisari dari materi sumbernya dan memastikan diri untuk tidak melenceng terlalu jauh dari daya tarik yang membuat produk-produk ini dicintai. Anda tidak akan menemukan banyak usaha untuk tampil terlalu berbeda, unik, dan sejenisnya. Namun di sisi lain, kemampuan untuk menangkap daya tarik dengan tepat tersebut juga terbayar dengan implementasi sistem gameplay yang memang terasa sesuai dan menyenangkan di saat yang sama. Tidak mengherankan, jika bertolak belakang dengan apa yang terjadi dengan film layar lebar ala Hollywood, banyak game-game adaptasi anime / manga yang berakhir brilian. Lantas, dari semua game yang mengakar pada franchise yang lahir pertama kali dari anime / manga, game-game mana saja yang pantas untuk disebut sebagai yang terbaik? Inilah 4 terbaik Versi Anak 90an: Doraemon 2 SOS! Otogi no Kuni
Hampir sebagian besar game berbasis anime / manga di masa lalu memang tak mendapatkan proses translasi karena pasar yang memang lebih difokuskan untuk pasar dalam negeri mereka sendiri. Walaupun demikian, ia tidak menghalangi banyak gamer, terutama di era Playstation untuk menikmati mereka. Sebagian besar produk ini berakhir fantastis. Salah satunya adalah robot kucing yang sudah menemani penonton Indonesia selama belasan tahun setiap hari Minggu pagi – Doraemon. Walaupun tak terlalu mengerti ceritanya di masa lalu, game Doraemon di era Playstation ini cukup diminati. Tidak hanya memungkinkan Anda untuk berperan sebagai Nobita dan kawan-kawan, ia juga mengimplementasikan beragam item ajaib Doraemon sebagai item yang bisa didapatkan. Tema yang kuat dipadukan dengan gameplay platfomer yang cukup solid, sebagian besar gamer PSX di Indonesia tampaknya pernah menjajal game ini, setidaknya sekali. Jojo’s Bizarre Adventure: All Star Battle
Anda hanya perlu memadukan sebuah cerita action yang keren, karakter absurd tapi memorable, animasi yang fantastis, dan beragam dialog gila untuk membuat anime klasik yang sudah diperbaharui ini menjadi begitu dicintai. Kerennya lagi? Ia juga pantas menyandang predikat sebagai salah satu game adaptasi anime / manga yang berhasil menangkap semua daya tarik tersebut dalam proporsi yang optimal. Ada beberapa game Jojo’s Bizarre yang bertebaran di pasaran, namun All Star Battle tampaknya pantas mendapatkan predikat sebagai yang terbaik. Game fighting dua dimensi ini memuat semua hal yang membuat Jojo’s Bizarre dicintai, terutama dari presentasi skill dan visual yang ia usung.
magic knight rayearth sega saturn Sailor Moon? Minky Momo? Di era anime akhir tahun 1990-an, kehadiran karakter wanita utama sebagai protagonis utama menciptakan hype dan gelombang fans baru untuk produk asal Jepang ini. Dengan banyak anime yang juga ditawarkan televisi swasta yang baru muncul di kala itu, ada banyak seri yang pantas untuk diikuti. Salah satu yang terbaik? Tentu saja, Magic Knight Rayearth. Kisah tiga sekawan remaja wanita dengan kepribadian yang berbeda ini memang terasa standar di awal, namun berkembang fantastis di akhir. Kemampuan mengendalikan elemen dan bertarung menggunakan mecha dengan desain yang keren adalah nilai jual ekstra. Namun sedikit yang pernah menjajal petualangan mereka ketika versi gamenya di Sega Saturn dirilis. Dengan gameplay ala Legend of Zelda namun dengan sistem tiga karakter lengkap dengan pertarungan mecha yang mengubahnya jadi game shooter, game Magic Knight Rayearth ini memenuhi apa yang diiinginkan fansnya, walaupun dalam bentuk visual lebih kecil.
Logika dan anime adalah dua kata yang bisa dipadupadankan dalam satu kalimat yang sama di banyak kasus. Sifatnya yang fiksi, apalagi jika didorong kebutuhan untuk menjual lebih banyak merchandise di pasaran, membuat tema anime yang berhubungan dengan mainan menjadi tak lagi bisa masuk dalam daya nalar. Mainan yang bisa mengerti emosi, pikiran, dan keinginan pemiliknya? Semua anime bertema sama selalu memberikan kesan ini. Tidak mengherankan jika banyak anak kecil (termasuk kami di masa lalu) yang kecewa ketika melihat mainan fisik mereka ternyata tidak bisa melakukan hal serupa seperti yang mereka lihat di anime. Untungnya, video game datang sebagai penyalamat. Disiarkan oleh salah satu televisi Indonesia di kala itu, Crush Gear yang memperlihatkan pertempuran mobil-mobil kecil dengan senjata keren juga berakhir jadi video game untuk Playstation. Berbeda dengan mainan aslinya yang membosankan, versi video gamenya justru menawarkan pengalaman Crush Gear yang lebih otentik. Selain keren, game ini juga dikenal sebagai salah satu game penghancur stick yang tak kenal ampun. Terus memutar analog untuk mendapatkan ekstra kekuatan dan kemenangan jadi hal yang esensial.

Komentar

Postingan Populer